Rabu, 20 Mei 2009

perkembangbiakan tanaman melati

Tugas

Budidaya tanaman hortikultura

melati

DISUSUN OLEH :

Yuyu Wahyudin

4122.01.07.12.0025

Agribisnis S-1

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

2009

Perbanyakan Tanaman Melati

Perbanyakan merupakan salah satu aspek vital dalam pengembangan tanaman melati, karena produksi dan kualitas produk yang baik dan optimal ditentukan oleh kualitas bibit. Tanaman melati pada umumnya dapat diperbanyak melalui biji, setek, cangkok dan rundukan, namun secara komersial melati diperbanyak dengan setek.

BIJI

Menurut Jones dan Reed, (1988) terdapat 11 spesies melati yang berasal dari Australia umumnya diperbanyak dengan biji dan stek (J. aemulum, J. calcarium, J. dallachii, J. didymum, J. kajewskii, J. lineare, J. molle, J. simplicifolium, J. suavissimum, J. sp. Musgrave dan J. sp. Bamaga). Sedangkan di Indonesia perbanyakan melati melalui biji hanya dilakukan oleh pemulia tanaman dalam upaya menciptakan kultivar­ – kultivar baru. Beberapa spesies yang dapat membentuk buah dan berisi biji secara alamiah adalah J. officinale, J. multiflorum, dan J. acuminatissium. J. officinale yang buahnya hitam, berbentuk bola dengan diameter kurang lebih 1,25 cm, sedangkan J. primulinum tidak pemah membentuk biji (Pizzeti dan Cocker, 1968).

Berdasarkan observasi awal dan buah yang pemah diperoleh ternyata dalam satu buah berisi 2-3 biji, dan biji-biji tersebut mudah dikecambahkan.

SETEK

Teknik perbanyakan vegetatif terutama dengan setek merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bibit melati dalam skala besar dalam waktu yang cepat dan mudah dibanding cara cangkok. Pembuatan setek adalah mengusahakan perakaran dari bagian cabang tanaman melati yang mengandung mata dengan memotong dari batang induknya untuk disemai.

Beberapa faktor seperti media tanam setek, bahan setek, media dan lingkungan tempat tumbuh dapat mempengaruhi keberhasilan penyetekan.

Media Tanam Setek

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penyetekan pada berbagai jenis melati adalah media tanam setek. Media yang baik mempunyai porositas cukup, aerasi baik, drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas patogen. Keragaan hasil penelitian pada beberapa media tanam setek pada melati dilaporkan bahwa media arang sekam, zeolit (ukuran sebesar butiran pasir) dan pasir merupakan media altematif yang baik (Wuryaningsih, 1997a ; Wuryaningsih dan Andyantoro, 1997).

Bahan Tanaman

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyetekan melati adalah kondisi bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek. Hampir semua organ tanaman dapat digunakan sebagai bahan setek, namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah : bahan setek adalah batang/cabang yang muda dan subur, dalam kondisi pertumbuhan aktif (Leopold dan Kriedeman, 1975), bagian tanaman dengan keseimbangan karbohidrat tinggi dan nitrogen rendah, mempunyai persedian bahan makanan yang cukup (Hartman dan Kester, 1983), diambil dari tanaman induk yang sehat, sudah dewasa dan pernah berbunga. Penggunaan tanaman induk yang masih kecil dan belum pemah berbunga atau pada masa pertumbuhan vegetatif akan memperlambat waktu berbunga tanaman baru yang dihasilkan. Sedangkan bibit yang berasal dari tanaman induk dewasa dan pernah berbunga akan lebih cepat berbunga.

Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Mudah tidaknya membentuk akar dan tunas tergantung pada aktivitas auksin yang berasal dari tunas dan daun. Dengan zat pengatur tumbuh akar akan menginduksi dan menyebabkan produksi akar bertambah.

Soedjono (1995) melaporkan bahwa konsentrasi 200 ppm IBA mampu meningkatkan tumbuhnya setek dan memacu pertumbuhan tunas dan akarnya. Sedangkan Wuryaningsih (1997) melaporkan tentang beberapa bahan setek melati yang dicoba menunjukan bahwa setek berbatang hijau dua buku dengan dua daun utuh memberikan nilai terbaik, selanjutnya diikuti oleh setek berbatang hijau satu buku dengan dua daun utuh dan setek batang berbatang coklat dengan 3 buku. Menurut Nagaraja et al. (1991) penggunaan IBA 4000 ppm paling efektif untuk penyetekan J. grandiflorum dengan bahan tanaman hardwood (berkayu keras), semi hardwood (berkayu semi keras) dan softwood (berkayu lunak).

Kemampuan terbentuknya akar pada setek melati sangat tergantung pada spesiesnya. Di India setek J. auriculatum Vahl merupakan klon yang sulit berakar sedangkan varietas Gundumali dari J. sambac, Ait. termasuk klon yang mudah berakar (Veeragavathathan et al. 1985). Sedangkan Soedjono (1995) menemukakan bahwa setek J. sambac tumbuh lebih cepat dibandingkan setek J. multiflorum.

Pertumbuhan akar dari beberapa varietas melati menunjukan bahwa J. sambac Maid of Orleans menampilkan jumlah akar terbanyak, sebaliknya J. sambac Grand Duke of Tuscany paling sedikit. J. sambac menur berakar terpanjang sedangkan J. multiflorum berakar terpendek (Badriah dan Soedjono, 1993). Sedangkan Wuryaningsih (1997) mengemukakan bahwa J. sambac Maid of Orleans mempunyai persentase setek berakar tertinggi yaitu 93 % selanjutnya diikuti oleh J. multiflorum, J. sambac Grand Duke of Tuscany dan J. officinale.

Lingkungan Tumbuh

Faktor lingkungan yang perlu mendapat perhatian untuk keberhasilan penyetekan tanaman melati adalah suhu, intensitas penyinaran matahari dan kelembaban udara relatif.

Suhu yang mendukung aktivitas sel yang tinggi diperlukan karena suhu udara yang optimal perlu dipertahankan untuk mendapatkan keberhasilan penyetekan (Leopold dan Kriedemann, 1975). Suhu udara yang berpengaruh dalam penyetekan berkisar 18-32°C, sel-sel mata tunas akan mengering, karena transpirasi terlalu kuat (Samson, 1988). Temperatur optimum untuk penyetekan berkisar 25-30°C.

Intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat mengurangi tingkat keberhasilan penyetekan. Untuk mendapatkan keberhasilan penyetekan yang tinggi, cahaya matahari langsung sebaiknya dihindarkan, sebab dapat mengakibatkan transpirasi terlalu tinggi, setek menjadi kekurangan air dan mata tunas menjadi lemah atau mati. Oleh karena itu manipulasi tempat pembibitan dengan naungan paranet dapat mengatasi masalah intensitas cahaya matahari.

Kelembaban yang tinggi (80%-90%) diperlukan pada penyetekan untuk pertumbuhan mata tunas dan pembentukan akar. Kelembaban udara tempat pembibitan setek dipertahankan berkisar antara 80-90%.

Berdasarkan berbagai hal tentang lingkungan tumbuh ini, maka selama penanaman atau proses pembentukan akar, setek sebaiknya disimpan pada tempat yang ternaungi dari sinar matahari langsung. Kelembaban udara perlu dipertahankan tetap tinggi, dengan penyiraman atau penutupan dengan plastik. Dalam hal ini, teknik penyiraman dengan pengkabutan dapat meningkatkan persentase keberhasilan penyetekan.

CANGKOK

Perbanyakan tanaman dengan cangkok terutama dilakukan pada jenis-jenis melati yang sukar disetek atau memerlukan waktu lama untuk pertumbuhan perakarannya. Yang dimaksud dengan pencangkokan adalah mengusahakan pertumbuhan dari suatu cabang tanaman dengan cara mengerat dan membuang kambiumnya dan memberi media tumbuh cabang tersebut dari pohon induknya hingga terbentuk berakar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah :

1. Agar perakaran berkembang dengan baik, batang yang dipilih harus sudah cukup besar, dalam keadaan sehat dan berdaun.

2. Kulit batang dikerat melingkar dengan pisau yang tajam sepanjang 1-2 cm, kemudian kulit batang dikupas dan dibersihkan hingga lapisan kambiumnya hilang sama sekali.

3. Selanjutnya bagian keratan tersebut ditutup dengan media tanah atau serbuk sabut kefapa, kemudian dibalut dengan plastik atau sabut kelapa.

4. Setelah berakar 2-3 bulan setelah dicangkok, cangkokan dapat dipotong di bawah keratan untuk ditanam.

5. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah musim penghujan. Cangkokan yang dilakukan pada musim kemarau harus selalu disiram untuk mencegah kekeringan.

RUNDUKAN

Rundukan (layering) merupakan cara lain perbanyakan melati selain penyetekan dan pencangkokan. Caranya ialah merundukan/membengkokkan batang melati secara mendatar ke tanah kemudian ditimbuni tanah tipis. Setelah mata pada tiap-tiap ruas tumbuh dan berakar, barulah batang itu di potong-potong sesuai dengan ruas yang berakar untuk ditanam. Cara rundukan tersebut banyak dilakukan petani melati karena di samping mudah dikerjakan juga tidak banyak memerlukan tenaga dan tingkat keberhasilannya tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar